Minggu, 20 Oktober 2013

“ Eeehhh kamu minum sambil berdiri? MP lho!”



Bismillahirrohmaanirrohiim

Judul di atas adalah salah satu kalimat yang diucapkan anak-anak di sebuah SD Islam saat melihat temannya minum sambil berdiri. 

Bagaimana kebiasaan saat kita makan dan minum sehari-hari?
Masihkah kita minum dan makan sambil berdiri?  Bahkan berjalan?   
Ataukah kita  sudah terbiasa makan dan minum sambil duduk?

Lihatlah perilaku kita dan anggota keluarga kita.  Apakah kita sudah makan dan minum dengan cara yang benar?  

Yaitu makan dan minum dengan tangan kanan, sambil duduk.  Tidak berdiri, berbicara apalagi berjalan.

Kali ini saya akan share tentang  “pembiasaan”.

Pembiasaan yang kita lakukan secara bertahap.  Dari yang awalnya belum melakukan sampai menjadi kebiasaan dalam kehidupan kita sekari-hari. 

Hal ini bisa kita peroleh dari rumah atau lingkungan tempat kita bekerja/perusahaan. 

Culture sebuah perusahaan mencerminkan cara kerja dan cara berpikir serta bertindak seluruh karyawannya.  

Pembiasaan atau kebiasaan disini mungkin kalau di perusahaan-perusahaan besar sama dengan culture/budaya sebuah company.

Pembiasaan disini bukan berbentuk budaya atau kegiatan yang besar, namun lebih ke kebiasaan yang kecil yang justru dianggap remeh-temeh oleh sebagian orang.  Namun,  bagi saya hal ini justru amat sangat membekas dan bermanfaat dalam kehidupan saya seterusnya meskipun saya sudah tidak bekerja disana lagi. 

Seperti dulu, saya pernah bekerja di GE Finance, ada hal yang masih saya ingat dan bahkan saya pakai hingga sekarang.

Salah satu contohnya adalah, sebelum pulang kerja setelah mematikan computer masing-masing , kami para karyawan harus merapikan meja kerja kami/cubical dengan cara memasukkan kursi ke dalam meja.  Sehingga setelah pulang tidak ada kursi yang berada diluar barisan cubical atau jauh dari mejanya. 

Selanjutnya, saya diajarkan untuk mencabut stop kontak setiap hari Jumat sore, karena Sabtu dan Minggu libur.  Itu salah satu bentuk hemat energy. 

Hal ini saya lakukan saat saya bekerja di perusahaan lain.  Meski ternyata di perusahaan yang baru tingkah saya malah dianggap aneh.  Contohnya merapikan kursi ke dalam meja sebelum pulang.  Sangat tidak berlaku, sebab disini kursi bisa berjalan kemana-mana tidak sesuai tempatnya. 

Apalagi mencabut stop kontak setiap Jumat sore juga tidak berlaku karena setelah saya pulang kadang computer pun masih ada yang mau pakai.   Ya, tiap perusahaan berbeda-beda budayanya. 

Namun, saya sangat mendapat pelajaran berharga dari cara merapikan kursi ke dalam meja dan mencabut stop kontak diakhir minggu itu.  Bayangkan!  Sebuah perusahaan besar mengajarkan satu budaya yang kecil namun penting untuk ditiru. 

*** 

Lain lagi dengan budaya atau pembiasaan yang masih saya ingat dan In Shaa Allah saya amalkan sampai sekarang. 

Yaitu kebiasaan atau pembiasaan makan dan minum dengan tangan kanan dan sambil duduk, tidak berdiri, apalagi berjalan.  Budaya ini saya peroleh saat saya mengajar di SD Islam. 

Awalnya pembiasaan ini berlaku untuk para siswa.  Jadi kalau ada salah satu siswa terlihat sedang makan atau minum sambil berdiri maka akan mendapat MP ( Metode Pembelajaran ) bukan hukuman. 

Dan, hal ini sudah menjadi kebiasaan semua warga sekolah dari siswa sampai para guru.  Jadi kalau ada yang minum sambil berdiri akan ada anak-anak yang nyeletuk 

“ ehhh kamu minum sambil berdiri MP lho!”

Sebelum saya mengajar di SD Islam ini pun saya sudah tahu akan akhlak makan dan minum harus sambil duduk.  Namun pada prakteknya sering saya lalai dan abai karena “tak terbiasa” dan tidak berada dalam lingkungan yang membiasakan hal itu. 


Dulu, saya sering makan jajanan seperti roti, siomay dalam plastik atau minuman dalam botol/kotak sambil berdiri/berjalan sambil nunggu bis di pinggir jalan.  Padahal sudah pakai jilbab.  Astagfirullahaladziim…

Makanya sekarang kalau saya melihat teman-teman akhwat yang shalihat sedang makan jajanan atau minum sambil berjalan rasanya duh, gimana gitu ya.   

Saya hanya bisa mendoakan semoga Allah SWT memberikan Nur/Cahaya berupa ilmu ke dalam hati mereka agar mereka mengetahui cara makan/minum yang baik sesuai ajaran Rasulullah dan dapat menerapkan dalam hidup sehari-hari.

Sejak saya terbiasa dengan pola pembiasaan di sekolah itu, maka otomatis akan membawa pengaruh bagi saya sampai keluar sekolah.  Pengaruh yang saya rasakan ini juga akan mempengaruhi orang-orang disekitar saya diluar sekolah. 

Contohnya di rumah, dulu,  saya masih sering melihat ayah dan ibu saya makan/minum sambil berdiri.  Lalu otomatis saya ingatkan dan beritahu kalau makan/minum yang sesuai ajaran Rasul itu sambil duduk.   

Alhamdulillah sekarang kami sudah mulai menerapkan makan/minum sambil duduk dan saling mengingatkan bila kami lupa makan/minum sambil berdiri.

Setelah saya lakukan pembiasaan itu di sekolah dan di rumah, saya lalu mendapat ilmu dari internet tentang bahaya minum sambil berdiri dan manfaat yang besar dari minum sambil duduk dari segi kesehatan.  

Wah! Subhanaulloh ya! semua yang baik pasti ada manfaatnya.  Dan yang tidak baik pasti ada mudhorotnya. 

Selain kebiasaan makan/minum sambil duduk ada hal lain yang juga saya dapatkan dari sekolah itu.   

Yaitu, cara meletakan sepatu/sandal saat kita mau masuk mushola, masuk ruang kelas atau ruang guru.  

Di sekolah itu, alas kaki (sepatu/sandal) dibuka.  Jadi kita menyimpannya di rak sepatu di depan kelas.

Kalau kita hanya sebentar di kelas itu, atau saat sholat di mushola, maka sepatu yang kita taruh harus menghadap ke depan arahnya.   

Jadi, saat kita mau pakai,  sepatunya sudah menghadap ke depan dan langsung kita pakai tanpa harus memutar lagi sepatunya. 

Jadi , saat kita melepas sepatu kita, badan kita memutar balik dulu, dan menghadapkan sepatu kita ke depan.  Kemudian sepatunya harus rapih sesuai dengan barisannya.   

Semuanya diajarkan kepada siswa.  Jika ada siswa yang main masuk saja ke mushola dan sepatunya berantakan tentu akan mendapat MP. 

Jadi sepatu terlihat rapih di depan mushola dan tidak ada lagi cerita mencari-cari  
pasangan sepatu/sandal kita yang sebelah kanan/kiri karena kita acak-acakan dan sembarangan menaruh sepatu. 

Sebenarnya kalau hal ini diterapkan di setiap  Masjid/mushola, pengajian atau di rumah kita akan bagus sekali.  Tapi sekali lagi ini harus diawali dengan pembiasaan secara kolektif atau bersama-sama seluruh anggota keluarga dan masyarakat. 

Hal ini juga saya rasakan dan lihat di pengajian Aa Gym.  Baik di Daarut Tauhid maupun di setiap pengajiaan yang diadakan oleh Tim DT.  Saya sudah mengetahui hal ini sejak saya dulu diajak berkunjung ke Daarut Tauhid Bandung. 

Disana sepatu dan sandal terlihat berjejer rapih.  Bahkan ada petugas yang merapikan semua sepatu/sandal jamaah yang hadir di Masjid sehingga tersusun dengan rapih.

Subhanaulloh ya!  ternyata pelajaran berharga itu kita dapatkan dari membiasakan diri melakukan hal-hal yang kita anggap kecil.   

Kalau kita terapkan dan menjadi pembiasaan, maka akan menjadi sesuatu yang indah atau baik.  Islam itu kan indah.  Tidak berantakan atau acak-acakan. 
Pembiasaan yang baik akan menimbulkan akhlak yang baik pula.

***

Menurut Al-Ghazali, akhlak adalah suatu sikap/tingkah laku yang menjadi kebiasaan ( bersifat spontan  ).

Menurut bahasa, akhlah adalah laku, etika.

Menurut istilah, akhlak adalah pengetahuan tentang baik dan buruk yang 
mengatur tingkat laku manusia, bersumber pada Allah dan Rasul-Nya, bersifat tetap, ukurannya sama dan berlaku universal. 

***

Alangkah indahnya jika kita dapat menerapkan kebiasaan-kebiasaan baik tersebut dalam kehidupan kita sehari-hari pada diri dan keluarga kita.  Karena kebiasaan baik akan menimbulkan pembiasaan diri yang baik dan melahirkan akhlak yang baik pula.

Tentunya kita akan senang jika kita sholat atau pengajian di masjid yang tempat sandal dan sepatunya sudah berjejer rapih, sehingga tak ada lagi yang kehilangan sandal di masjid karena menaruh sandal sembarangan dan berserakan dimana-mana. 

Atau alangkah bahagianya kita jika seluruh anggota keluarga kita bisa menerapkan cara makan dan minum yang baik sesuaia ajaran Rasul yaitu makan sambil duduk.  Tidak berdiri apalagi berjalan. 


Semoga bermanfaat!


Wallahu’alam dishowab.

Follow me @labellejoanita
Ahad, October 20, 2013
5.23 pm
edit: Senin, 21 Oktober 2013
10.40 am
@home


Jumat, 04 Oktober 2013

Kisah-Kisah Kematian yang HusnuL Khotimah dan Suul Khotimah




Dalam minggu ini saya mengikuti kajian yang isinya tentang kisah-kisah kematian yang khusnul khotimah dan suul khotimah.  Sepertinya pengajian atau kajian yang saya ikuti ini terkesan bersambung.  

Padahal tidak juga.  Karena kajian yang pertama saya dapatkan di Masjid #Baitul Ihsan BI dalam Kajian Muslimah DT Jakarta dengan pemateri Ustazah Halimah Alaydrus.  Dan kedua adalah dalam Majelis Reboan di Masjid #Alatief Pasaraya Blok M dengan penceramah Ustadz Salim A Fillah.  

Temanya juga beda. Akan tetapi pada kajian keduanya ada penyampaian kisah tentang kematian yang suul khotimah dan husnul khotimah.  

Intinya dari kajian yang saya dapat dalam beda satu hari saja ada kisah tentang kematian yang suul dan husnul khotimah.  Dan yang paling membuat saya bermawas diri adalah beberapa kisah orang baik yang ahli ibadah bahkan disebut abid tapi diakhir hayatnya ia wafat dalam keadaan suul khotimah.   Sebaliknya,  tak sedikit kisah yang sepanjang hidupnya banyak berbuat jahat atau ahli maksiat tapi berakhir dengan kematian yang khusnul khotimah.

Itulah yang akan saya share pada sahabat semua.  Meskipun kekurangannya disini saya tidak mencatat nama orang-orang dalam kisah tersebut.  Karena memang tidak diceritakan juga oleh para penceramah.  Atau saya yang kurang jelas mendengarnya.  Wallahu’alam.

Kisah yang pertama yang saya catat adalah kisah seorang murid yang paling pintar dari seorang guru yang paling pintar.  Murid ini sudah menjadi tangan kanan sang guru.  Dia sudah dipercaya untuk menggantikan gurunya mengajar atau berceramah saat gurunya berhalangan hadir.   Namun saat ajalnya datang ada hal yang aneh terjadi.  Murid ini sempat sakit beberapa lama. 

Menjelang ajalnya, murid ini masih dalam keadaan sakit.  Maka sang guru datang untuk mentaklikan kalimat Laa Ilaaha illaulloh.  Kejadian yang aneh adalah setiap gurunya berkata Laa Ilaaha illaulloh, maka muridnya itu memalingkan mukanya.  Terus dan terus berkali-kali.   

Sampai si guru heran dan bingung.  Akhirnya gurunya memegang wajah muridnya agar mau mengikuti ucapannya.  Tapi si murid malah berkata yang membuat gurunya kaget.   “Aku sudah tidak percaya dengan kalimat Laa Ilaaha illaulloh itu”.  Kata muridnya.  Lalu wafatlah ia dalam keadaan suul khotimah. 

Gurunya sangat sedih.  Setelah menyolatkan dan menguburkan muridnya, ia terus berpikir apa yang terjadi dengan muridnya.  Selama beberapa hari sejak kematian muridnya itu,  ia tak pernah keluar kamarnya kecuali untuk sholat berjamaah saja.  Kemudian masuk kamar lagi.  Ia meminta petunjuk kepada Allah dan bertanya apa yang menyebabkan muridnya itu wafat dalam keadaan seperti itu. 

Setelah beberapa lama akhirnya ia mendapat petunjuk lewat mimpi.  Dalam mimpinya ia melihat muridnya berada di neraka sedang diikat rantai yang membelenggunya.  

Kemudian sang guru bertanya.  Kenapa kamu seperti ini? 

Lalu muridnya menjawab.  Ya guru,  sewaktu hidup aku ini selalu merasa bangga pada diriku sendiri. Karena aku ini pintar.  Aku merasa akulah murid yang paling pintar dan paling ahli ibadah.   

Kedua,  aku ini hasud.  Aku sebenarnya tidak pernah menceritakan kebaikan-kebaikan teman-temanku yang lain kepadamu guru.  Sehingga dimata engkau hanya akulah yang paling baik.  Karena aku hasud.   

Dan yang ketiga, sewaktu aku sakit, aku pernah berobat kepada tabib dan aku disuruh minum khamr.  Padahal aku hanya 1x saja minum khamr selama 1 tahun.  Itulah tiga hal yang menyebabkan lidahku kelu saat sakarutl maut sehingga aku tak bisa mengucapkan lazaf Laa Ilaaha illaulloh.  



Kisah yang kedua tentang kematian suul khotimah juga diceritakan oleh ustad Salim A Fillah.  Awalnya materi ini menyampaikan betapa syaithon akan terus-menerus menggoda manusia sampai akhir ajalnya.  


Dikisahkan seorang abid atau ahli ibadah yang dititipkan adik perempuannya untuk dijaga.  Karena sang kakak akan pergi jauh.   

Awalnya abid ini tidak tergoda oleh godaan syetan.  Namun perlahan demi perlahan syaitan terus menggoda abid ini agar mau mengikuti perintah syetan.   

Sampai akhirnya sang abid ini terkena tipu daya syetan.  Dan perempuan yang seharusnya dijaganya malah sampai mengandung.   

Syetan tidak berhenti sampai disitu.  Ia terus menggoda si abid.  Hasutannya adalah agar si abid membunuh si perempuan itu.   

Karena nanti kalau penduduk kampung tahu si perempuan itu hamil, maka si abid akan di bunuh warga.  Dan macam-macamlah omongannya.  Maka biar aman bunuh saja gadis itu.  Lalu bilang saja kalau gadis itu sakit.   

Dan syetan menyuruh si abid untuk menguburkannya malam hari karena tidak ada yang tahu.  


Akhirnya si abid mengikuti perintah syetan itu.   

Setelah kakaknya datang si abid menceritakan kalau adiknya sakit.  Sang kakak yang percaya dan melihat si abid bersedih malah menghiburnya.   

Namun, beberapa hari kemudian si kakak selalu bermimipi tentang kematian adiknya.   

Ternyata si syetan lah yang memberitahu kakaknya dalam mimpinya.  Disana syetan menceritakan semua kejadian yang sebenarnya. 

Sampai akhirnya sang kakak membongkar  makam adiknya dan terbuktilah disana ada janin yang juga terkubur dalam makam adiknya.
Marah besarlah si kakak dan warga.  Akhirnya si abid dihukum yaitu dibakar hidup-hidup.  

 Saat diakhir masa sulitnya itu, si syetan datang lagi pada si abid. 
 Hei lihatlah dirimu kasihan sekali.  Saat ini tak ada yang bisa menolongmu kecuali aku. 

 Maka si abid yang sedang bingung itupun mau mengikuti perintah syetan.  Apa yang harus aku lakukan? Tanya si abid. 

 Kamu harus berkata bahwa kamu durhaka kepada Allah SWT dan mau mengikuti perintahku.  Akhirnya si abid mengikuti perintah syetan.   

Namun, setelah ia mengikuti perintah syetan eehh  syetan malah berkata.   

"Hei abid! Berani sekali kau berkata seperti itu.  Aku saja tidak berani durhaka kepada Allah.  Kamu akan menemani aku di neraka dan akan menjadi pijakan aku di neraka nanti, bid!” ujar syetan.  Wallahu’alam bishowab. 


Namun tak sedikit kisah orang alim yang akhirnya memang wafat dalam keadaan khusnul khotimah.  Ini adalah kisah dari ustazah halimah.   

Ceritanya  gurunya guru ustazah yang sedang mengajar. 

 Saat itu sedang membacakan hadist  yang berbunyi barang siapa yang berkata Laa Ilaaha illaulloh maka ia akan masuk Surga.  Saat itu gurunya baru sampai pada kata Laa Ilaaha illaulloh dan tiba-tiba terhenti.   

Murid-murid menunggu kalimat berikutnya.  Namun tak ada juga suara.  Ternyata sang guru telah tiada setelah ia melafazkan Laa Ilaaha illaulloh.  


Kisah ini membuktikan sebagaimana kamu hidup sebagaimana itulah kamu akan mati.  


Lain lagi dengan kisah orang yang awalnya ahli maksiat namun akhirnya khusnul khotimah.  Kisah yang sering kita dengar adalah kisah seorang yang sudah membunuh 99 orang.  Lalu dia bertemu habib dan bertanya apakah ia bisa bertobat ternyata kata sang habib tidak bisa, maka dibunuhlah habib itu.  Dan pas lah 100 orang yang telah dibunuhnya.


Ketika ia ingin bertobat dan bertanya pada habib maka ia dianjurkan untuk pergi jauh meninggalkan tempat tinggalnya.  Akhirnya ia pergi dari kampungnya.  Namun belumsampai ia ke kampung yang dituju,malaikat maut datang. 

 Saat itu ia diperebutkan oleh malaikat rahmat dan malaikat azab.  Akhirnya Allah mengutus Jibril untuk mengukur jarak jasad orang itu.  Jika lebih dekat ke kampung awal ia berdosa, maka ia menjadi jatah malaikat azab.   

Namun, jika ia lebih dekat dengan kampung yang ia ingin tuju, maka malaikat rahmat berhak atasnya.  Singkat cerita malaikat rahmat lah yang berhak atas orang itu.  


Kisah selanjutnya dari ustadz Salim a Fillah yang bercerita dua anak yang berbeda.  Si kakak ini ahli ibadah.   Dari kecil selalu ibadah.  Si adik kebalikannya.  Adiknya ahli maksiat.  Setiap hari selalu berbuat maksiat.  


Suatu saat di dalam kamarnya si kakak berpikir dan ingin merasakan sedikit saja maksiat.  Ia merasa kok hidupnya lurus-lurus saja selama ini.  Ia ingin juga merasakan sedikit saja apa yang dilakukan adiknya.  Toh nanti juga bisa bertobat, pikirnya.   


Pada saat yang sama, di dalam kamarnya, si adik justru sedang terpekur dan mulai menyesali kehidupannya selama ini.  Ia sudah terlalu jauh dari Allah.  Sudah banyak maksiat demi maksiat yang ia lakukan.  Ia ingin bertaubat dan ingin belajar agama pada kakaknya.  


Singkat cerita keduanya keluar dari kamar masing-masing dengan niat yang sama-sama kuat. Sang kakak yang ahli ibadah keluar dari kamarnya karena ingin mencoba berbuat maksiat, sedangkan sang adik keluar dari kamar ingin menemui kakaknya untuk bertaubat.  


Karena sama-sama tenaga yang kuat keluar berbarengan, kedua kakak adik ini bertabrakan dan keduanya terjatuh sampai meninggal.


Saat itulah malaikat azab datang membawa sang kakak yang ahli ibadah namun sungguh sayang diakhir hayatnya ia wafat dalam suul khotimah karena sedang berniat berbuat maksiat, dan malaikat rahmat membawa sang adik yang ahli maksiat namun karena diakhir hayatnya ia berniat ingin bertaubat, maka kematiannya berakhir dalam husnul khotmah.  Wallahu’alam bishowab.


Ustadz Salim A Fillah menambahkan, ternyata kisah kematian kedua kakak beradik ini bila dilihat kebelakang, ada campur tangan sang ibu.   

Maksudnya, ternyata selama ini sang ibu tidak adil dalam berdoa.  Beliau hanya mendoakan sang adik saja yang saat itu memang ahli maksiat agar bisa menjadi anak yang baik seperti kakaknya. 

Beliau tidak pernah mendoakan sang kakak karena pikirnya sang kakak sudah ahli ibadah.  Namun, siapa yang bisa menyangka akhir hidup seseorang.  


Hal ini bisa menjadi pelajaran penting bagi kita sebagai orangtua untuk selalu adil dalam mendoakan anak-anaknya. 

Ustad bilang, ibu-ibu jangan merasa nyaman dan tenang kalau sekarang anaknya menjadi Ketua Rohis di sekolah.  Tetap terus doakan putra-putrinya.  Dan ibu-ibu dan bapak-bapak juga jangan berputus asa kalau sekarang anaknya bandel dan nakal tetap terus doakan putra-putrinya.


Kisah kebandelan dan kenalakan Syeh Sudeish sewaktu kecil yang akhirnya didoakan oleh ibunya agar pergi ke Masjidil Haram membuktikan doa atau ucapan seorang ibu itu akan diijabah.   

Terbukti sekarang Syeh Sudeish menjadi Imam di Masjidil Haram.
 ( cerita tentang Syeh Sudeish ini sudah saya dengar dua kali dari ustad yang berbeda, entah benar atau tidak wallahu’alam )


Semoga bermanfaat!


Follow me @labellejoanita
Jumuah, October 4, 2013 
2.19





Selasa, 01 Oktober 2013

Bolak-Balik

Bismillahirrohmaanirrohiim

Kita sering kali merasa capek ( ups maaf jangan "kita" deh tapi "saya" ).  Ya, saya kadang sering kali mengeluh dan merasa capek dalam menjalani perjalanan menuju tempat kerja ataupun menuju tempat lain yang dirasa jauh. 

Kadang mengeluh dengan kemacetan yang hampir setiap hari kita alami di jalan raya.  Kadang mengeluh dengan sesuatu hal yang harus dikerjakan berulang dan bolak-balik.  Misalnya kita sudah berada di lantai dua ehhh ternyata ada yang tertinggal di lantai satu, maka kita harus balik lagi mengambil sesuatu yang tertinggal itu.

" Hhhh... cape deh bolak-balik kaya gini.  Setiap hari macet.  Pulang-pergi duduk di bis dalam kemacetan.  hhh,,, cape, bete, kesel, bosan... "

Atau yang baru terjadi dan saya alami waktu saya mau beli barang di toko A.  Mana siang-siang dan panas pula ternyata di toko A tidak ada alias habis.  Lalu saya balik lagi ke toko B.  Dalam perjalanan menuju toko B saya bergerutu dalam hati "hhh... cape-capein aja. Jadi bolak-balik.  Coba tadi langsung ke toko B aja!"

Namun tiba-tiba seperti ada yang membisiki saya dari sebelah kanan.

" Heiii prima! Ingatlah perjuangan Siti Hajar! Beliau bolak-balik dari Safa-Marwa tanpa mengeluh!"

Jleb!

Ya Allah! Astagfirullahaladziim...
Ya Allah ampunilah aku
Selama ini aku seriiiiiing banget mengeluh capek jalan mau berangkat ke tempat yang jauh dll.

Seketika aku diingatkan akan kisah Siti Hajar.  Kisah yang alhamdulillah baru aku dengar dari kajian muslimah Sabtu 28 September 2013 lalu di Masjid AL-Hakim Menteng.  Kisah indah yang disampaikan oleh Ustazah favoritku @halimahalaydrus yang smart dan cantik itu. 

Beliau bercerita tentang kisah Nabi Ibrahim,  Siti Hajar,  dan Nabi Ismail.  Cerita yang sering kita dengar dari para ustadz dan ustazah kala menjelang Idul Adha.  Dan ceritanya pun kita hampir hafal semua bagaimana Nabi Ibrahim meninggalkan Siti Hajar dan Ismail sampai endingnya Nabi Ismail tidak jadi meninggal saat disembelih oleh nabi Ibrahim  karena diganti dengan seekor domba/kambing.

Entah kenapa cerita yang hampir tiap tahun aku dengar menjelang Idul Adha itu terasa berbeda soul-nya saat ustazah @halimahalaydrus yang menuturkannya.  Ya, karena kisahnya berdasarkan hati nurani.  Jadi, akan selalu teriang-iang dihati dan pikiranku.

Mohon maaf aku tak bisa menceritakan dari awal kisah indah yang dituturkan oleh ustazah. 
Aku hanya mnegambil secuil dari cerita yang dikisahkan oleh ustazah.

Kisah atau pelajaran yang sangat aku ingat adalah saat Siti Hajar berlari-lari dari Sofa-Marwa dalam keadaan kehausan, kepanasan, kelaparan, dan sedang ditunggu seorang anak bayi yang kalau tidak buru-buru datang maka bayinya akan mati.

Bayangkan kita sekarang sai dari Sofa-Marwa dalam keadaan adem, ga kepanasan, ga kehausan, ga kelaparan, dan nga ada  anak bayi yang menunggu kita.  Kita bisa minum saat kita sai karena air tersedia disepanjang jalan saat kita sai.

Jadi ustazah meminta kita untuk membayangkan keadaan Siti Hajar pada waktu itu.  Betapa beratnya ia harus berlari-lari dari satu bukit ke satu bukit yang lain yang katanya itu bukit yang gersang, tandus karena itu bukit batu bukan bukit rumput atau pepohonan.  Berlari-lari mencari air dalam keadaan kehausan, kepanasan, kelaparan, dan sedang ditunggu dalam keadaan cemas oleh anak bayinya yang sudah sekarat.

Coba bayangkan ibu-ibu kalau sekarang lagi sai seperti itu gimana? Nga usah deh kelaparan, kehausan, kepanasan, dan ditungguin anak.  Satu aja, kita sai dalam keadaan kepanasan saja.  Atau kehausan saja.  Atau kelaparan saja.  Atau sedang ditunggu anak bayi yang sekarat saja.  Gimana rasanya bu? tanya ustazah....

Ya Allah... betapa capenya kita selama ini karena lelah bolak-balik di perjalanan sepertinya nga ada artinya dibandingkan lelah dan capeknya Siti Hajar kala itu.  Lalu, kenapa dan pantaskah jika kita mengeluhkan rasa cape dan lelah itu?

Ya Allah....

Kenapa kita mengeluh karena merasa cape dengan usaha-usaha kita yang gagal, nasib yang gini-gini aja , dll padahal telah dicontohkan oleh Siti Hajar.  Saat beliau sudah berusaha berlari-lari mencari air, sampai akhirnya benar-benar amat sangat lelah dan akhirnya beliau bertawakal dan pasrah kepada Allah, maka datanglah pertolongan dari Allah itu.

Tiba-tiba ada air yang keluar dari bawah kaki Ismail.  Ya Allah! Subhanaulloh!

Itulah pelajaran yang bisa kita petik.  Kita tidak perlu berputus asa meskipun kita sering gagal dan gagal lagi dalam melakukan usaha apapun.

Apalagi kalau sekedar merasa capek bolak-balik jalan atau berangkat dan pulang kerja.  Ya Allah nga ada artinya dengan perjuangan Siti Hajar.  Memang cape harus pergi pagi dalam keadaan macet berulang-ulang setiap hari.  Tapi saudariku, ingatlah apa yang dilakukan Siti Hajar.  Ingatlah perjuangannya.  Rasa lelah dan letihnya harus bolak-balik sebanyak 7x.  Jika kita bandingkan dengan bolak-baliknya Siti Hajar tentu bolak-balik kita nga ada artinya.  Apalagi kalau bolak-baliknya di mall hehehehe...

Ya Allah,,,

Yuk saudariku, kita mulai menjalani hari ini dengan semangat. 
 Tak usah lagilah kita mengumbar keluhan capek bolak-balik.
Capek udah berusaha ga berhasil-berhasil.
Capek gagal lagi gagal lagi.
Capek di jalan maceeetttt....
Sudahlah...
Yuk kita belajar dari kekuatan Siti Hajar.  Tak kenal lelah sampai pada titik tawakal dan pasrah kepada Allah. Hingga akhirnya Allah memberikan yang terbaik, yang lebih besar dari yang beliau usahakan. 

Laa haula wa laa kuwwata illa billah

Hasbunaulloh wani'mal wakiil...

Wallahu'alambishowab

Semoga bermanfaat!

Rabu, 2 Oktober 2013
1.08 am