Kamis, 12 Desember 2013

Candle In The Dark



Bismillahirrohmaanirrohiim

 

Malam itu seperti biasa aku pulang kerja ba’da Magrib.  Dari arah Gading Serpong menuju Kebun Nanas.  Biasanya perjalanan dari Gading sampai rumah memakan waktu kurang lebih satu jam saja.  Jadi, sekitar jam 7 malam aku sudah sampai rumah.   

 



Tapi malam itu ternyata diluar dugaanku.  Aku yang tidak tahu-menahu kalau sejak siang ada demo buruh di Tangerang, tak paham kalau perjalanan pulang menuju Kebun Nanas menjadi macet.  Biasanya memang macet saat menuju arah masuk dan keluar tol.  Tapi ternyata macet kali bukan macet biasa tapi  disebabkan adanya para buruh yang berdemo.  Sehingga aku baru sampai rumah tepat jam 8 malam. 

 



Angkot yang aku naiki stuck di atas jembatan Kebun Nanas.  Tepatnya di arah warung mangga.  Dari dalam angkot terlihat di seberang kiri rumah-rumah penduduk.  

 


Aku tidak ingin menceritakan tentang macetnya jalanan karena para pendemo itu.  Tidak! Karena sudah pasti ceritanya adalah hal-hal yang negative saja.   

Tapi, aku ingin mengisahkan betapa saat macet seperti itu pun, Alhamdulillah Allah mengaruniakan kepada aku dan para penumpang dalam angkot sebuah cahaya/nur.  Bagaikan lilin di tengah kegelapan malam.  

Yes, it’s like a candle in the dark.  What’s that? 

 


Saat angkot kami berhenti karena tak ada jalan untuk maju lagi, terdengar dengan jelas suara dari arah rumah penduduk/mushola/masjid sebuah nasehat/ceramah/ tausiyah dari seorang ustadz.  Suara yang terdengar dari loudspeaker itu cukup jelas di telingaku dan kulihat juga di telinga para penumpang lain.  Karena aku melihat beberapa orang penumpang manggut-manggut kepalanya saat mendengarkan ceramah itu.  

 

Apa yang kudengar semalam saat macet parah itu bagai siraman air sejuk ditengah gurun pasir.  Tausiyah ustadz yang tak kuketahui namanya itu semalam amat sangat menyejukan.  Biasanya saat macet parah seperti itu aku akan emosi, marah, kesal dan update status yang negative.  Meski aku sempat update status awalnya hanya untuk menghilangkan rasa bosan.  

 


Ustadz itu menceritakan tentang  ada empat golongan manusia di dunia ini.  Bahasanya sangat mudah dicerna, bicaranya teratur dan penjelasannya sedikit humoris.  Jadi, aku bisa dengan jelas menyimak ceramahnya.  

 


Siapa saja empat golongan itu?

Yang pertama adalah golongan orang-orang  yang diberil ilmu dan diberi harta oleh Allah SWT.  Nah, orang-orang ini biasanya kita bilang udah mah kaya pinter lagi, begitu kata pak ustadz.  Mereka adalah orang-orang berharta dan memiliki ilmu. 

 

Mereka tahu hartanya dipergunakan untuk apa.  Dalam Islam itu, perilaku kita terhadap harta ditengah-tengah.  Artinya tidak boros juga tidak pelit.  

 


Nah, orang-orang inilah yang sudah paham akan ilmu tentang harta.  Mereka akan menggunakan hartanya di jalan Allah.  Mereka tidak hidup mewah meskipun memiliki harta.  Mereka hidup sederhana.  Membeli barang yang dibutuhkan saja bukan yang diinginkan.  Meskipun mereka mampu untuk membelinya.  


Mereka suka bersedekah dan mempergunakan hartanya dengan baik.  Mereka hanya mau mengambil harta yang halal saja dan tak pernah menyentuh harta haram.

 

Dalam sebuah ayat disebutkan bahwa pada harta kita ada sebagian harta milik orang lain yang harus kita keluarkan untuk fakir miskin dan anak-anak yatim.  

 

Inilah golongan yang pertama.  

 

Kemudian golongan yang kedua adalah orang yang diberi ilmu tapi tak diberi harta oleh Allah.    Kelompok orang seperti ini kita sebut pinter tapi miskin. 

 

Jadi mereka  sudah memiliki ilmu tapi hartanya sedikit.  Karena sudah mempunyai ilmu, mereka memahami bahwa harta bukan segala-galanya disisi Allah.  Maka orang-orang ini akan sabar dalam menjalani hidupnya.  

 

 Mereka tetap bersyukur dan bersabar.  Sabar bukan berarti pasrah dan diam saja ya!  kata pak ustadz.  Mereka tetap bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan tidak mau memakan harta yang haram.  

 

Hidupnya tetap tenang dan damai.  Bila dalam hatinya ia berkata bahwa jika nanti aku bisa seperti golongan yang pertama, yaitu yang diberi ilmu dan diberi harta,maka aku akan seperti mereka.  Aku akan pergunakan hartaku di jalan Allah.  

 

Pak ustadz melanjutkan, katanya kelompok orang ini akan mendapatkan pahala yang sama dengan orang-orang di kelompok satu meski baru niat saja.  Karena niat baik akan dihitung pahalanya meskipun belum dilaksanakan.  Subhananulloh!

 


Lalu golongan berikutnya adalah golongan yang diberi harta tapi tidak diberi ilmu oleh Allah SWT.  Kalau kita menyebutnya orang kaya tapi ( maaf ) b*g*.  (Pak ustadznya ngomong begitu )

 


Orang-orang seperti inilah yang menggunakan hartanya untuk memuaskan hawa nafsunya saja.  Mereka membeli semua yang dia inginkan padahal belum tentu dibutuhkan.  Dan, mereka akan berupaya dengan berbagai cara untuk memperoleh harta itu tanpa berpikir apakah tindakannya ini benar atau tidak.  

 

Mereka menghalalkan  segala cara demi mendapatkan harta.  Dan, terhadap harta yang mereka miliki, mereka sangat tamak dan kikir.  Tak ada hartanya untuk di jalan Allah.   Harta yang diperoleh dengan cara haram, melakukan riba demi memperoleh keuntungan yang besar.    

Padahal  telah dijelaskan bahwa tidak akan mencium bau Surga orang yang didalamnya ada harta riba ( memakan harta riba ). 


Selain itu, dalam AlQur’an surat At-Takatsur disebutkan bahwa kita dilarang untuk hidup bermegah-megahan sampai melalaikan kewajiban kepada Allah.  Karena kelak akan diperlihatkan kepada mereka neraka jahim akibat perbuatannya itu.  Nauzubillahiminzalik.


Dalam surat Al-Humazah juga dijelaskan bahwa orang-orang yang menumpuk-numpuk harta ( mengumpulkan harta ) dan menghitung-hitungnya adalah orang yang celaka.  Apalagi mereka mengira bila hartanya itu dapat mengekalkannya.  Padahal azab Allah sudah menanti mereka yaitu neraka hutomah.  Yaitu api/ azab Allah yang dinyalakan, yang membakar sampai ke hati.  Nauzubillahiminzalik. 

 



Golongan yang keempat adalah orang yang tidak diberi ilmu dan juga tidak diberi harta oleh Allah SWT.  Nah golongan inilah yang disebut kue cincin gandasturi, udah miskin nga tahu diri.  Nauzubillah! 

 


Mereka hidupnya susah, miskin, tanpa harta dikarenakan kemalasan mereka sendiri.    Ditambah lagi tak punya ilmu pula.  Jadi tidak mengerti arti sabar dan ikhtiar.  

 


Mereka tak mau berupaya untuk hidupnya.  Maunya hidup kaya dengan cara instan dan tidak benar.  Menjual harga dirinya.  Bahkan mungkin menghalalkan cara-cara yang dilarang Allah demi sesuap nasi.  Seperti mengemis, mencuri, dll.  

Mereka lebih sering menyalahi takdir Allah.  Menyalahi pemerintah dan orang-orang yang berkuasa. Bukannya berupaya untuk keluar dari kemiskinan dan kebodohan.  

 


Jika mereka melihat para orang kaya yang bergelimang harta itu, mereka berpikir,  sepertinya hidupnya senang dan indah.  Dan mereka mengira jika nanti mereka diberi harta oleh Allah, mereka akan melakukan hal yang sama dengan golongan ketiga itu. 

Kata pak ustadz, golongan ini akan mendapat dosa yang sama dengan golongan ketiga itu.  Meskipun aku masih nga yakin nih.  Karena aku pernah dengar/baca, kalau kita berniat melakukan dosa tapi belum dilakukan itu belum dicatat sebagai dosa.   Wallahu’alam. 

Bunyi klakson kendaraan terus terdengar.   Angkot yang kunaiki mulai berjalan tersendat dan suara tausiyah pak ustadz sudah tak terdengar lagi. 

Tausiyah yang bagiku bagaikan cahaya di tengah kegelapan.  Bila Allah tak mengirimkan suara pak ustadz tadi, mungkin aku akan main hp dan update status tentang demo.  

Alhamdulillah,  malam itu saat macet melanda aku tidak fokus pada kemacetan itu.  Tapi Allah telah kirimkan angin Surga yang menyejukkan. 

Alhamdulillahirrobil’aalamiin.    Semoga Allah memberikan pahala untuk pak ustadz yang tak kutahui siapa orangnya dan dimana keberadaannya itu.  

Pantaslah kalau disebutkan bahwa para pendakwah itu bagaikan air hujan yang mengguyur bumi yang gersang.  Seperti itulah keadaan yang terjadi semalam di jalan yang macet dalam angkot yang panas. 

Ternyata mereka yang berdemo berada di bawah kolong jembatan.  Mereka baru pulang berdemo dan datang dari arah tol serta  akan sama-sama masuk ke dalam kota Tangerang melalui Kebun Nanas. 


Terlihat iringan sepeda motor para pendemo  yang membawa bendera  memasuki jalan.  Ada satu mobil losbak yang diatasnya ada loudspeaker besar memperdengarkan  lagu-lagu yang isinya pembelaan terhadap nasib mereka.  

Dari arah berlawanan menuju Serpong pun laju kendaraan terlihat macet.  Banyak polisi berkerumun berusaha membuka jalan agar lancar.  Di pinggir jalan sejumlah warga berdiri menonton kemacetan di sepanjang jalan Thamrin Tangerang malam itu.

 

Satu orang penumpang naik.  Dia langsung bercerita tentang demo. Sepertinya dia habis ikut demo.  Dengan bangganya dia bercerita.  Tadi bentrok ama polisi… dll, dsb.  Jujur,  kita ( tepatnya aku ) sudah muak dengan perilaku kalian para pendemo!

 


Aku tidak melarang mereka mengungkapkan hak dan aspirasinya.  Tapi kalau sudah menganggu ketertiban umum sampai membuat kemacetan panjang kan sudah melanggar hak orang lain. 

 

Orang yang seharusnya sudah sampai rumah jadi lebih lama di jalan.  Orang pulang kerja kan maunya cepat sampai di rumah bertemu keluarga dan istirahat.  Bukan berada lama-lama di jalan karena kemacetean yang seharusnya tak usah ada.  Karena tanpa ada demo pun, jalanan sudah macet.  Apalagi ditambah ada yang demo.   Sadarkah kalian para pendemo? 

 

Dari kisah empat golongan tadi, saya berpikir dan bertanya dalam hati,

“ aku masuk ke golongan yang mana ya? “


Bagaimana dengan Anda?


Masuk ke golongan yang manakah kita?


Mudah-mudah kita semua masuk golongan orang-orang yang diridhoi oleh Allah SWT. 

Yaitu termasuk dalam golongan pertama saja deh kalau boleh request.  Hehehe… 

  Aamiin 3x…


Wallahu’alambishowab!




Semoga bermanfaat!




 

 




Rabu, 4 December 2013


7.36 am


Follow me @prima_joanita




 




 




 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar