Candle In The Dark
Bismillahirrohmaanirrohiim
Malam itu seperti biasa aku pulang kerja ba’da Magrib. Dari arah Gading Serpong menuju Kebun Nanas. Biasanya perjalanan dari Gading sampai rumah
memakan waktu kurang lebih satu jam saja.
Jadi, sekitar jam 7 malam aku sudah sampai rumah.
Tapi malam itu ternyata diluar dugaanku. Aku yang tidak tahu-menahu kalau sejak siang
ada demo buruh di Tangerang, tak paham kalau perjalanan pulang menuju Kebun
Nanas menjadi macet. Biasanya memang
macet saat menuju arah masuk dan keluar tol.
Tapi ternyata macet kali bukan macet biasa tapi disebabkan adanya para buruh yang berdemo. Sehingga aku baru sampai rumah tepat jam 8
malam.
Angkot yang aku naiki stuck
di atas jembatan Kebun Nanas. Tepatnya
di arah warung mangga. Dari dalam angkot
terlihat di seberang kiri rumah-rumah penduduk.
Aku tidak ingin menceritakan tentang macetnya jalanan karena
para pendemo itu. Tidak! Karena sudah
pasti ceritanya adalah hal-hal yang negative saja.
Tapi, aku ingin mengisahkan betapa saat macet
seperti itu pun, Alhamdulillah Allah mengaruniakan kepada aku dan para
penumpang dalam angkot sebuah cahaya/nur.
Bagaikan lilin di tengah kegelapan malam.
Yes,
it’s like a candle in the dark. What’s
that?
Saat angkot kami berhenti karena tak ada jalan untuk maju
lagi, terdengar dengan jelas suara dari arah rumah penduduk/mushola/masjid sebuah
nasehat/ceramah/ tausiyah dari seorang ustadz.
Suara yang terdengar dari loudspeaker itu cukup jelas di telingaku dan
kulihat juga di telinga para penumpang lain.
Karena aku melihat beberapa orang penumpang manggut-manggut kepalanya saat
mendengarkan ceramah itu.
Apa yang kudengar semalam saat macet parah itu bagai siraman
air sejuk ditengah gurun pasir. Tausiyah
ustadz yang tak kuketahui namanya itu semalam amat sangat menyejukan. Biasanya saat macet parah seperti itu aku akan
emosi, marah, kesal dan update status yang negative. Meski aku sempat update status awalnya hanya
untuk menghilangkan rasa bosan.
Ustadz itu menceritakan tentang ada empat golongan manusia di dunia ini. Bahasanya sangat mudah dicerna, bicaranya
teratur dan penjelasannya sedikit humoris.
Jadi, aku bisa dengan jelas menyimak ceramahnya.
Siapa saja empat golongan itu?
Yang pertama adalah golongan orang-orang yang diberil ilmu dan diberi harta oleh Allah
SWT. Nah, orang-orang ini biasanya kita
bilang udah mah kaya pinter lagi,
begitu kata pak ustadz. Mereka adalah
orang-orang berharta dan memiliki ilmu.
Mereka tahu hartanya dipergunakan untuk apa. Dalam Islam itu, perilaku kita terhadap harta
ditengah-tengah. Artinya tidak boros
juga tidak pelit.
Nah, orang-orang inilah yang sudah paham akan ilmu tentang
harta. Mereka akan menggunakan hartanya
di jalan Allah. Mereka tidak hidup mewah
meskipun memiliki harta. Mereka hidup
sederhana. Membeli barang yang
dibutuhkan saja bukan yang diinginkan.
Meskipun mereka mampu untuk membelinya.
Mereka suka bersedekah dan mempergunakan hartanya dengan
baik. Mereka hanya mau mengambil harta
yang halal saja dan tak pernah menyentuh harta haram.
Dalam
sebuah ayat disebutkan bahwa pada harta kita ada sebagian harta milik orang
lain yang harus kita keluarkan untuk fakir miskin dan anak-anak yatim.
Inilah golongan yang pertama.
Kemudian golongan yang kedua adalah orang
yang diberi ilmu tapi tak diberi harta oleh Allah. Kelompok
orang seperti ini kita sebut pinter tapi miskin.
Jadi mereka sudah
memiliki ilmu tapi hartanya sedikit.
Karena sudah mempunyai ilmu, mereka memahami bahwa harta bukan
segala-galanya disisi Allah. Maka
orang-orang ini akan sabar dalam menjalani hidupnya.
Mereka tetap bersyukur dan bersabar. Sabar bukan berarti pasrah dan diam saja
ya! kata pak ustadz. Mereka tetap bekerja keras untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya dan tidak mau memakan harta yang haram.
Hidupnya tetap tenang dan damai. Bila dalam hatinya ia berkata bahwa jika
nanti aku bisa seperti golongan yang pertama, yaitu yang diberi ilmu dan diberi
harta,maka aku akan seperti mereka. Aku
akan pergunakan hartaku di jalan Allah.
Pak ustadz melanjutkan, katanya kelompok orang ini akan
mendapatkan pahala yang sama dengan orang-orang di kelompok satu meski baru
niat saja. Karena niat baik akan
dihitung pahalanya meskipun belum dilaksanakan.
Subhananulloh!
Lalu golongan berikutnya adalah golongan yang diberi harta
tapi tidak diberi ilmu oleh Allah SWT. Kalau
kita menyebutnya orang kaya tapi ( maaf )
b*g*. (Pak ustadznya ngomong begitu
)
Orang-orang seperti inilah yang menggunakan hartanya untuk
memuaskan hawa nafsunya saja. Mereka
membeli semua yang dia inginkan padahal belum tentu dibutuhkan. Dan, mereka akan berupaya dengan berbagai
cara untuk memperoleh harta itu tanpa berpikir apakah tindakannya ini benar
atau tidak.
Mereka menghalalkan
segala cara demi mendapatkan harta.
Dan, terhadap harta yang mereka miliki, mereka sangat tamak dan
kikir. Tak ada hartanya untuk di jalan
Allah. Harta yang diperoleh dengan cara
haram, melakukan riba demi memperoleh keuntungan yang besar.
Padahal
telah dijelaskan bahwa tidak akan mencium bau Surga orang yang
didalamnya ada harta riba ( memakan harta riba ).
Selain itu, dalam AlQur’an surat At-Takatsur disebutkan
bahwa kita dilarang untuk hidup bermegah-megahan sampai melalaikan kewajiban
kepada Allah. Karena kelak akan
diperlihatkan kepada mereka neraka jahim akibat perbuatannya itu. Nauzubillahiminzalik.
Dalam surat Al-Humazah juga dijelaskan bahwa orang-orang
yang menumpuk-numpuk harta ( mengumpulkan harta ) dan menghitung-hitungnya
adalah orang yang celaka. Apalagi mereka
mengira bila hartanya itu dapat mengekalkannya.
Padahal azab Allah sudah menanti mereka yaitu neraka hutomah. Yaitu api/ azab Allah yang dinyalakan, yang
membakar sampai ke hati. Nauzubillahiminzalik.
Golongan yang keempat adalah orang yang tidak diberi ilmu
dan juga tidak diberi harta oleh Allah SWT.
Nah golongan inilah yang disebut kue
cincin gandasturi, udah miskin nga tahu diri. Nauzubillah!
Mereka hidupnya susah, miskin, tanpa harta dikarenakan kemalasan
mereka sendiri. Ditambah lagi tak
punya ilmu pula. Jadi tidak mengerti
arti sabar dan ikhtiar.
Mereka tak mau berupaya untuk hidupnya. Maunya hidup kaya dengan cara instan dan
tidak benar. Menjual harga dirinya. Bahkan mungkin menghalalkan cara-cara yang
dilarang Allah demi sesuap nasi. Seperti
mengemis, mencuri, dll.
Mereka lebih sering menyalahi takdir Allah. Menyalahi pemerintah dan orang-orang yang
berkuasa. Bukannya berupaya untuk keluar dari kemiskinan dan kebodohan.
Jika mereka melihat para orang kaya yang bergelimang harta
itu, mereka berpikir, sepertinya
hidupnya senang dan indah. Dan mereka
mengira jika nanti mereka diberi harta oleh Allah, mereka akan melakukan hal
yang sama dengan golongan ketiga itu.
Kata pak ustadz,
golongan ini akan mendapat dosa yang sama dengan golongan ketiga itu. Meskipun aku masih nga yakin nih. Karena aku pernah dengar/baca, kalau kita
berniat melakukan dosa tapi belum dilakukan itu belum dicatat sebagai
dosa. Wallahu’alam.
Bunyi klakson kendaraan terus terdengar. Angkot yang kunaiki mulai berjalan tersendat
dan suara tausiyah pak ustadz sudah tak terdengar lagi.
Tausiyah yang bagiku bagaikan cahaya di
tengah kegelapan. Bila Allah tak mengirimkan
suara pak ustadz tadi, mungkin aku akan main hp dan update status tentang
demo.
Alhamdulillah, malam itu
saat macet melanda aku tidak fokus pada kemacetan itu. Tapi Allah telah kirimkan angin Surga yang
menyejukkan.
Alhamdulillahirrobil’aalamiin. Semoga Allah memberikan pahala untuk pak
ustadz yang tak kutahui siapa orangnya dan dimana keberadaannya itu.
Pantaslah kalau disebutkan bahwa para pendakwah itu bagaikan
air hujan yang mengguyur bumi yang gersang.
Seperti itulah keadaan yang terjadi semalam di jalan yang macet dalam
angkot yang panas.
Ternyata mereka yang berdemo berada di bawah kolong
jembatan. Mereka baru pulang berdemo dan
datang dari arah tol serta akan
sama-sama masuk ke dalam kota Tangerang melalui Kebun Nanas.
Terlihat iringan sepeda motor para pendemo yang membawa bendera memasuki jalan. Ada satu mobil losbak yang diatasnya ada
loudspeaker besar memperdengarkan lagu-lagu yang isinya pembelaan terhadap nasib
mereka.
Dari arah berlawanan menuju Serpong pun laju kendaraan
terlihat macet. Banyak polisi berkerumun
berusaha membuka jalan agar lancar. Di
pinggir jalan sejumlah warga berdiri menonton kemacetan di sepanjang jalan
Thamrin Tangerang malam itu.
Satu orang penumpang naik.
Dia langsung bercerita tentang demo. Sepertinya dia habis ikut demo. Dengan bangganya dia bercerita. Tadi bentrok ama polisi… dll, dsb. Jujur,
kita ( tepatnya aku ) sudah muak dengan perilaku kalian para pendemo!
Aku tidak melarang mereka mengungkapkan hak dan aspirasinya. Tapi kalau sudah menganggu ketertiban umum
sampai membuat kemacetan panjang kan sudah melanggar hak orang lain.
Orang yang seharusnya sudah sampai rumah jadi
lebih lama di jalan. Orang pulang kerja
kan maunya cepat sampai di rumah bertemu keluarga dan istirahat. Bukan berada lama-lama di jalan karena
kemacetean yang seharusnya tak usah ada.
Karena tanpa ada demo pun, jalanan sudah macet. Apalagi ditambah ada yang demo. Sadarkah kalian para pendemo?
Dari kisah empat golongan tadi, saya berpikir dan bertanya
dalam hati,
“ aku masuk ke golongan yang mana ya? “
Bagaimana dengan Anda?
Masuk ke golongan yang manakah kita?
Mudah-mudah kita semua masuk golongan orang-orang yang
diridhoi oleh Allah SWT.
Yaitu termasuk
dalam golongan pertama saja deh kalau boleh request. Hehehe…
Aamiin 3x…
Wallahu’alambishowab!
Semoga bermanfaat!
Rabu, 4 December 2013
7.36 am
Follow me @prima_joanita
Tidak ada komentar:
Posting Komentar