Selasa, 17 Desember 2013

MTS

Bismillahirrohmaanirrohiim

 #MTS

Menjelang akhir tahun Masehi atau menuju tahun baru Masehi, biasanya banyak orang-orang Islam yang mengikuti budaya yang sesungguhnya tidak sesuai dengan ajaran agama Islam.

Salah satunya adalah ikut-ikutan merayakan tahun baruan.  Apalagi dengan mengadakan acara yang tidak sesuai dengan ajaran Islam.  Padahal kita umat Islam sudah merayakan tahun baru Muharam. 

Meskipun hanya sekadar meniup terompet di rumah saja, ternyata itu sudah tidak sesuai dengan ajaran Islam.  Karena meniup terompet itu bukan ajaran Islam.  Tapi ajaran kaum yahudi.  

Di bulan Desember ini pula, banyak umat Islam yang mengucapkan selamat N*t*l kepada temannya yang beragama lain dengan alasan toleransi.  

Benarkah demikian?

Menurut ustadz Ihsan Tanjung dalam kajian di Masjid AlHakim Menteng ( Sabtu 15 12 13 ) lalu, kita tidak boleh mengucapkan hal itu. Karena itu sama saja artinya kita mengakui kalau hari itu kita ikut merayakan hari lahirnya Nabi Isa yang dianggap Tuhan oleh mereka.  

Ustadz Ihsan Tanjung menjelaskan tentang fenomena MTS yang sedang banyak terjadi pada umat muslim saat ini.  

Apa itu MTS?

MTS adalah Murtad Tanpa Sadar.  

Akan tiba keadaan seseorang yang paginya dia beriman, sorenya kafir.  Sore beriman, paginya kafir. Semua karena MTS. 

Nauzubillahminzalik!

Ya! Mendengar tausiyah ustadz IT sangat membuat kita harus banyak introspeksi diri.  Selama ini kita kadang sering meremehkan hal-hal yang dianggap sepele. 

Beberapa contoh MTS menurut ustadz Ihsan Tanjung dari segi ucapang sbb;

" Semua agama sama"

" Semua agama baik "

" Semua agama benar " 

Nah, tanpa sadar kita mengakui bahwa agama lain adalah benar, baik, dan sama.  Padahal jelas-jelas dalam AlQur'an disebutkan bahwa Inna Diina indaullohil Islam.  Sesungguhnya agama yang diterima disisi Allah adalah Islam. 

Begitu pula perilaku-perilaku diatas seperti mengucapkan selamat hari raya agama lain, ikut merayakan tahun baruan dengan meniup terompet dan hal-hal yang tidak sesuai ajaran juga dapat dianggap MTS. 

Ada satu hal lagi yang dinilai sepele adalah tentang kisah topi ulang tahun. Lho, memang kenapa dengan topi ultah yang lucu itu? 

Ternyata setelah saya mengetahu sejarahnya, perlu juga saya share tentang kisah topi ultah ini.  

Saya pernah menulisnya di notes fb beberapa tahun yang lalu. Catatan ini berdasarkan taisuyah ustazah Irena Handono.  Kisah tentang sejarah topi ulang tahun.  

Berikut tulisannya:


 Kisah Topi Ulang Tahun dan Pemurtadan

10 Maret 2011 pukul 16:49
 
Pernahkah Anda merayakan acara Ulang Tahun anak-anak /keponakan Anda? atau menghadiri acara Ulang tahun anak-anak? Bila ya, apakah di acara tersebut anak-anak Anda dipakaikan  topi ulang tahun yang lucu dan unik? bahkan kadang orangtuanya juga ikut memakai topi ulang tahun tersebut.  Mungkin hal ini sudah menjadi kebiasaan pada saat pesta perayaan ulang tahun anak-anak/keponakan kita memakai topi yg lucu yg diberikan oleh panitia acara. 

Apakah kita pernah tahu darimana sejarah dan asal muasal penggunaan topi tersebut?

( Selain acara ulang tahun, topi lucu dan unik biasa juga dipakai pada acara perayaan pergantian tahun/ tahun Baruan )

Menurut Hj Irena Handono, topi yang dipakai anak-anak pada saat acara perayaan Ulang Tahun asal muasalnya atau sejarahnya dipakai pada zaman keruntuhan Andalusia. 

Pada saat itu, Ratu Isabela dan Raja Ferdinand  melakukan pembantaian terhadap kaum muslim Andalusia. Untuk membedakan mana yang masih muslim dan mana yang sudah murtad, maka dipakailah topi tersebut sebagai penanda. 

Kaum muslimin yang memakai topi berarti sudah murtad. Mereka aman, tidak dibantai. Dan yang tidak memakai topi akan ditangkap dan dibantai. 

Pakaian yang dikenakan mereka disebut sanbenito.

Sanbenito adalah pakaian khusus untuk memudahkan membedakan mana yang sudah menjadi converse
 ( murtad) atau belum.

Setelah kaum muslimin Andalusia habis dibantai, apakah para pemakai sanbenito itu aman? Ternyata tidak. Karena mereka dianggap sebagai pengkhianat agama. Ratu Isabela tidak mempercayai para pengkhianat agama. Jika dulu mereka berkhianat terhadap agamanya ( Islam ), apakah tidak mungkin  mereka akan berkhianat pula terhadap Ratu Isabela. Maka, mereka pun dihukum dengan cara dibakar hidup-hidup. Nauzubillah minzalik!

Itulah kisah asal muasal tentang hal sepele yang mungkin tidak kita sadari. Betapa perang pemikiran
 ( Ghozwul Fikr ) yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi terhadap umat Islam sampai pada perilaku sehari-hari yang kita anggap sudah  biasa.

Jadi, masihkah kita mau memakaikan topi yang lucu dan unik pada anak-anak/keponakan kita di acara pesta Ulang Tahun bila kita sudah mengetahui asal-muasal penggunaan topi tersebut?

Wallau’alam bishowab!

( Tulisan ini berdasarkan Tausiyah Hj Irena Handono @ Masjid ALatief  9 Maret 2011 )

wallahu'alam bishowab.
Semoga bermanfaat!
Selasa, 17 Desember 2013
10.38 pm
follow me @prima_joanita

Tidak ada komentar:

Posting Komentar