Selasa, 15 April 2014

Sekolah Itu...


Sekolah/pesantren itu bukan tukang sulap. Tapi sekolah itu ibarat penjahit. Jika Anda memberikan bahan sutera kepada penjahit, maka akan dibuatkan sutera yang indah. Namun jika Anda memberikan bahan kafan, maka akan dibuatkan kafan yang indah. Maka jangan pernah berharap kain kafan berubah menjadi sutera.

Jika Anda menginginkan anak Anda menjadi seindah sutera, maka pastikan saat Anda menitipkan anak Anda pada sekolah, anak Anda sudah berupa bahan sutera.

Orangtua lah yang membentuk karakter anak-anak sejak lahir. Apakah akan dibentuk menjadi sutera atau kafan. Jadi, jangan pernah bermimpi memiliki anak yang baik setelah Anda memasukkan ke sekolah yang baik, jika bahan dasarnya tidak baik. Karena bahan dasarnya semua dari Anda. Sekolah hanya membuatnya menjadi indah sesuai bahannya saja.

Jangan pernah menyalahkan anak apalagi pihak sekolah/para gurunya.

Lihatlah ke dalam hatimu duhai para orangtua...
Apakah dulu saat kau menitipkan anakmu pada sekolah Islam yang bagus/mahal/favorith ini anakmu itu sutera atau kafan?

Itulah penggalan tausiyah ustadz Bachtiar Natsir dalam kajian Taddabbur Qur'an pada Kamis 10 April lalu di AQL.

Saya teringat akan siswa-siswa di tempat saya mengajar.

Murid-murid kelas enam itu sedang asyik membicarakan nonton konser Taylor Swift dengan teman-temannya. Entah benar atau tidak saya sempat mendengar ada yang sudah memborong tiket konser dalam jumlah banyak. Ya, mereka saling menyebutkan jumlah tiket dan kelas tiket yang mereka beli. Saat itu saya berada di sekolah Islam. Di SD Islam yang full day. Yang semua siswi perempuannya mengenakan kerudung.

Ada rasa sedih saat yang dibicarakan mereka adalah Taylor Swift dan artis-artis luar negeri muda lainnya.

Cerita miris lainnya tentang akhlak murid-murid saya di tempat les. Saya mengajar di tempat les umum. Jadi ada murid yang muslim dan non-muslim. Yang muslim bersekolah di salah satu SD Islam terkenal mahal tempat orang-orang kaya. Dan yang non-muslim pun sebaliknya bersekolah di tempat sekolah non-muslim.

Yang membuat miris adalah akhlak murid non-muslim  ( minoritas di kelas itu ) jauuuh lebih baik, sopan, dan berakhlak terpuji dibanding murid-murid yang muslim.

Sedih hati saya melihat hal ini dan menerima kenyataan ini.

Para siswa yang muslim, selalu berisik dan ribut di kelas ( karena mereka mayoritas ). Sedangkan  non-muslim terpuji sekali akhlaknya. Dia selalu memperhatikan, diam dan smart. Bahkan cenderung lebih mature dalam hal sikap.

Entahlah saya harus berkata apa? Tapi teringat tausiyah ustadz Bachtiar Natsir tersebut, saya jadi paham. Mungkinkah para orangtua muslim ini memberikan bahan kafan kepada sekolah Islam terkenal dan mahal itu? Dan mungkin dalam benak mereka menganggap sekolah itu seperti tukang sulap. Akan merubah anaknya menjadi bahan sutera?

Ingatlah para orangtua, anak itu ibarat selembar kertas putih. Orangtuanya-lah yang menuliskan kertas putih itu. Dan sadarilah sekolah itu bukan tukang sulap, tapi tukang jahit/ penjahit.

Yuks mari kita didik anak-anak kita dengan lukisan yang indah. Kita jadikan ia bahan sutera. Lalu kita titipkan dia pada penjahit yang bagus untuk dibuat menjadi sutera yang indah.


Saya tidak bermaksud menyalahkan para orangtua yang memasukkan anaknya ke sekolah Islam. Justru saya sangat mengapreseasi niat baik orangtua yang mau menyekolahkan putra-putrinya ke sekolah Islam/pesantren.

Ada banyak cerita sukses/berhasil dari anak lulusan sekolah Islam/pesantren. Ada anak yang berubah perilakunya menjadi baik/hebat setelah bersekolah di sekolah Islam/pesantren. Tapi tak sedikit juga yang tidak berhasil.

Ingatlah, jangan berharap pada sekolah/pesantren! Karena bisa saja sekolah/pesantrennya bagus, tapi kita tidak pernah tahu bagaimana kalau ada oknum guru yang akhlaknya tidak terpuji. Bahkan tak jarang kita dengar ada oknum guru yang melakukan tindakan kekerasan pada siswanya.

Selain itu, para guru di sekolah tidak mendampingi anak Anda seharian. Paling lama 7-8 jam/hari untuk sekolah full day. Andalah yang seharusnya meluangkan & memiliki waktu lebih lama untuk mendampingi putra/i Anda.

Tambahlah terus bekal ilmu agama dan ilmu mendidik anak atau pola pengasuhan anak. Bacalah buku-buku pendidikan anak ala Rasulullah, mengikuti seminar parenting, pola asuh anak, dll yang menambah wawasan dalam mengikuti perkembangan anak.

Buatlah ia menjadi bahan sutera yang indah.  Hingga saat waktunya tiba dilepas ke sekolah/pesantren anak kita sudah memiliki bekal yang kuat dari dalam rumah/dari orangtuanya.

Tetap semangat ya para Bunda & para Ayah! Dan para guru di sekolah, pesantren, tempat les, dll. Anak-anak adalah amanah dan titipan Allah.  Kelak kita akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang telah kita lakukan pada mereka.*


*Konsep Dasar Mendidik Anak ( Oleh Ustadz Bachtiar Natsir di AQL ):
( menurut ustadz masih dalam proses pembuatan draftnya, mohon maaf jika catatannya ada yang salah atau kurang lengkap karena catatan ini berdasarkan ucapan beliau saat tausiyah. Ini hanya poin-poinnya saja belum ada penjelasannya. )

1. Laa Tusyrik Billah ( Jangan menyekutukan Allah )
2. Birrul Walidain  ( berbuat baik/berbakti kepada orangtua )
3. Muroqobatullah
4. Komit kepada sholat
5. Amar ma'ruf nahi munkar
6. Sabar
7. Akhlak berekspresi, gesture
8. Pola komunikasi.





Wallahu'alambishowab


Selasa, 15 April'14

Tidak ada komentar:

Posting Komentar